Kamis, 22 September 2011

Dibanding Suplemen Bervitamin C, Kiwi Lima kali Lebih Gampang Diserap Tubuh


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hasil penelitian University of Otago, Selandia Baru menunjukkan vitamin C pada buah kiwi terbukti lima kali lebih efektif diserap oleh tubuh dibandingkan vitamin C dari suplemen. Buah Kiwi memiliki kandungan buah vitamin C berkadar tinggi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan.
Peneliti Health Science Zespri Internasional dari Selandia Baru, Lynley Drummond, mengatakan buah kiwi juga sarat gizi. Kiwi bermanfaat sebagai sumber vitamin, mineral dan antioksidan yang tinggi.
"Buah ini juga sarat phytonutrients yang baik bagi kesehatan, karena akan menghasilkan polyphenols sebagai antioksidan bagi tubuh, enzim untuk pencernaan dan karotenoids yang bermanfaat sebagai antioksidan dan kesehatan mata," katanya.
Selain itu, menurut dia, buah kiwi menyediakan gizi paling banyak dengan kalori sedikit jika dibandingkan dengan jeruk, pisang, dan apel. "Karena itu buah kiwi merupakan salah satu pilihan untuk orang-orang yang sedang berdiet," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Dokter Spesialis Gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Inge Permadhi MS SpGK yang mengatakan, buah kiwi merupakan sumber air dan elektrolit, energi, vitamin, dan antioksidan.
"Sekitar 70 persen tubuh manusia mengandung air. Jika tiba-tiba diare, maka bagian tubuh yang berisiko adalah gagal ginjal. Terutama pada orang lanjut usia, juga saat mengalami muntah," kata Inge Permadhi.
Ia menyebut satu buah kiwi mengandung serat empat gram. "Maka harus makan sekitar delapan buah untuk memenuhi kebutuhan serat 30 gram," papar Inge.

Selasa, 20 September 2011

Maksiat Kok Bangga ?


Penuh sesak, berdesak-desak. Nyaris tak ada tempat untuk lewat, pun bergerak. Namun dengan trampil, kernet bus zigzag di antara barisan penumpang. Tak satu pun penumpang yang lolos. Tak satu pun? Tampaknya tidak juga. Simak pembicaraan di sebelahku ini.
“Hehe, keneknya gak lihat, gue lolos, gak usah bayar ..”
Yang diajak bicara, yang tentu saja adalah teman dari yang berbicara, ikut-ikutan cengengesan. Mereka merasa hebat, bisa mengelabui kenek yang terkenal jeli dan teliti, menyaingi ketelitian akuntan. Hebat? Mungkin. Selama kita yakin tak ada Allah dan aparat malaikatNya yang sangat teliti, kita bisa berupaya terus mengelabui manusia lain.
Kejadian tadi berlangsung bertahun-tahun yang lalu. Waktu saya masih kuliah, dan sering kali terpaksa ikut berjejal di tengah angkutan massal, seperti bus kota, metromini, dan KRL. Bergabung bersama masyarakat kurang mampu lainnya.
Ada lagi kejadian yang mirip-mirip dengan kejadian tadi, dengan tahun yang lebih lama lagi. Waktu itu saya menjadi anggota Palang Merah Remaja, berseragam biru putih, dan mendapat tugas membagikan karcis dari Palang Merah Indonesia di pintu-pintu tol. Saya berdiri tak jauh dari tukang karcis tol, dan dengan penuh kebanggaan memberikan karcis – tepatnya menawarkan – kepada setiap pengemudi yang melewati pintu tol tersebut.
Sehelai karcis berharga 500 rupiah, kalau tidak salah ingat, dan satu pak karcis berisi seratus lembar. Tak jarang ada pengemudi yang memberikan lebih dari 500 rupiah untuk sehelai karcis. Walau ada juga yang malah memberikan ceramah, menasihati saya agar jangan mau diperalat. Tugas anak sekolah hanyalah belajar, jangan mau direpotkan membagi-bagikan karcis. Saya diam saja, berdiri terpaku dengan celana biru pendek di atas dengkul, mendengarkan ceramah gratis tersebut.
Saya yakin, satu pak karcis yang seharusnya bernilai lima puluh ribu rupiah itu ternyata riilnya memperoleh nilai lebih besar dari pada itu. Tapi tentu saja saya dan teman-teman serahkan seluruh dana yang ada kepada pengawas kami.
Beberapa hari kemudian, saat salah seorang teman mendengarkan cerita itu, saya malah diledek, “ah, payah, harusnya yang diserahkan sesuai nilai yang tertera di karcis. Sisanya kantongin ajaa ..!”
“Itu namanya nyolong!” kata saya.
“Lah, dari pada orang lain yang ngambil? Emang lu yakin itu uang diserahin semuanya sama pengawas?” serang teman saya. Penuh semangat, penuh kemenangan.
“Itu sih urusan dia ..”, jawab saya enteng.
Memang logikanya sepenuhnya logis. Bisa saja si pengawas yang justru mengambil kelebihan uang sumbangan. Tapi, pertama, kita tak boleh menuduh tanpa bukti, dan lebih penting lagi, itu urusan si pengawas. Dosanya dia yang tanggung. Kenapa harus iri dengan kesalahan orang lain?
Tapi, logika ‘dari pada diambil orang’ tampaknya cukup banyak penggemarnya. Beragam argumennya, sejuta alasannya. Bertahun-tahun kemudian, setelah bekerja dan berkesempatan berinteraksi dengan banyak orang, saya kembali bertemu dengan fenomena-fenomena yang mirip, dengan skala yang lebih besar.
Agar bisa menggolkan proyek ke instansi-instansi tertentu, tak jarang kita perlu menyiapkan ‘anggaran khusus’. Anggaran itu menabrak dalil tentang menerima dan memberi suap. Namun, tanpa itu, kecil kemungkinan bisa menang proyek. Artinya, besar kemungkinan proyek itu akan diambil alih orang lain. Jadi, dari pada diambil orang, kan lebih baik kita sendiri yang ambil. Demikian kira-kira argumennya. Kalau kita yang ambil, kan bisa digunakan untuk hal-hal kebaikan. Membangun masjid, kegiatan keagamaan, perjuangan da’wah. Begitu argumen penguatnya.
Hmm .. kalau begitu alasannya, apakah semua jenis bisnis jadi boleh diambil, dan segala macam aturan boleh diterabas, asalkan ‘dananya bisa untuk kemaslahatan’?
Saya sendiri masih memegang apa yang Rasulullah wasiatkan, bahwa jangan sampai ada harta haram yang masuk ke dalam perut anak dan istri kita. Nah, jika untuk kebutuhan keluarga yang ‘sempit’ saja kita harus berhati-hati, apalagi untuk kebutuhan lain yang lebih luas, seperti ‘perjuangan dawah’ dan hal-hal mulia lainnya?
Ah, jangan-jangan ini bagian dari permainan setan. Tipu dayanya, yang membuat kita pelan-pelan, terus menerus menemukan justifikasi setiap kali melakukan kesalahan. Sampai suatu ketika, boleh jadi, kita malah bangga ketika berbuat salah.
Seperti kata Ubay, salah seorang sahabat Rasul, saat diskusi santai dengan Umar, sahabat Rasul lainya, bahwa taqwa adalah kehati-hatian. Sebagai orang yang berusaha untuk selamat, lebih baik meneladani Rasulullah, dan para sahabat Rasul yang terpercaya.
Sumber : Eramuslim.com

Ditulis oleh Sabrul Jamil 15-09-11

Beda Wanita Tua dan Muda


Sang ibu yang sudah bertubuh agak gemuk, dengan langkah tertatih-tatih dibantu berjalan oleh kedua anaknya, yang satu gadis manis berwajah lembut, dan yang satu lagi seorang pria berusia sekitar 25 tahun.
Dalam hati, Anis membatin, “ibu yang berbahagia, memiliki anak-anak yang mencintai dirinya.” Dan Anis menoleh sekali lagi kedalam lift, dan subhanallah, ibu tersebut mengenakan cadar, sementara anak gadisnya dengan wajah yang sangat menawan, alis mata yang disapu tajam naik keatas, dan bulu mata yang lentik menawan memandang kearah luar dengan wajah yang bila di foto, maka nilainya delapan, masya Allah.
Kok aneh ya, ibu yang sudah tua malah pakai cadar, dan yang anak gadis muda malah buka cadar. Bukan hanya buka cadar, baju yang digunakannyapun walau tidak terbuka seperti yang selama ini banyak dilihat Anis di mal-mal dan pusat pertokoan, namun menggambarkan keindahan dan kemudaan sang gadis. Anis berjalan dan tidak memikirkannya lagi.
Sampai suatu hari, Anis mengikuti pengajian yang diselenggarakan di sebuah masjid daerah Pondok Gede, betapa banyak sekali wanita yang mengikuti pengajian ditempat ini. Dan diantara ibu-ibu yang rutin mengikuti pengajian, Anis mengenali seorang ibu yang rajin dan sibuk menjadi ketua panitia pengajian dan sang ibupun, sangat aktif mengajak ibu-ibu yang lain untuk segera berwudhu dan merapatkan shaf; “agar setan tidak ikut sholat ibu-ibu, mari rapatkan shaf-nya, ujung kaki bertemu ujung kaki, bahu bersentuhan dengan bahu, ayo jangan malas, ibu-ibu yang dicintai Allah, ikuti sunnah Rasul.”
Demikian ibu yang Anis kenali sebagai ketua pengajian di masjid itu sangat menggebu dalam memotivasi para ibu untuk melakukan sholat dan beribadah dengan cara yang mengikuti sunnah Rasul. Hatipun menjadi senang, dan Anis merasa ingin lebih lama lagi ada dalam lingkungan yang islami ini, subhanallah.
Pagi yang cerah, Anis ingat ingin membeli kancing baju ditanah abang, setelah semua pekerjaan rumah selesai, dan setelah menitipkan anak-anak pada adik iparnya yang kebetulan main kerumah, Anis melenggang pergi ke tanah abang. Waktu pulang pergi dan belanja hanya satu setengah jam, karena adik ipar Anis ingin berangkat sekolah, jadi Anis hanya membeli apa yang diperlukan dengan secepat kilat, dan upps… hampir saja Anis terjatuh, kalau tidak ditolong seorang anak remaja lelaki dengan memakai celana pendek dan baju kaus hitam yang dengan sigap membantu Anis memunguti semua barang belanjaan Anis.
Dengan tergopoh ucapkan terimakasih maka Anis mencoba untuk bangkit, namun sungguh kakinya jadi sakit, Karena tak sengaja jatuhnya membuat Anis mengalami keseleo yang cukup lumayan, dan masya Allah. Pertolongan dari seorang ibu yang kemudian Anis kenali sebagai ibu ketua pengajian di masjid daerah Pondok Gede itu, membuat Anis mendoakan sang ibu berkali-kali, dan mengucapkan terimakasih, karena ternyata sang ibu, juga punya toko busana muslim di tanah abang, dan Anis dipersilakan untuk duduk sebentar dalam toko ibu tersebut.
Tak lama Anis merasa nyaman, dan Anis pun bangun, dan betapa terkejutnya Anis melihat dua orang gadis yang cantik dan muda usianya membantu di toko tersebut yang kemudian diperkenalkan oleh sang ibu sebagai anak remajanya, dan sang gadis mengenakan busana sangat ketat dan terbuka, kontras sekali dengan penampilan ibunya yang mengenakan busana sangat islami, selain pemandangan yang kontras tersebut ada di toko busana muslimah.
Setelah berbasa basi sejenak, Anispun memohon diri pulang, dalam hati membatin, subhanallah, mengapa sang ibu tidak menyuruh anaknya mengenakan busana muslim, toh mereka bersentuhan, memegang dan melihat busana muslimah setiap hari. Mengapa wanita tua lebih baik agamanya dan cenderung menutupi dirinya sementara yang muda malah membuka diri dan pakaiannya, justru bukankah fitnah pada wanita muda lebih besar daripada fitnah dari wanita tua.
Anispun menggeleng kuat-kuat tidak mau bergibah walau dengan hatinya sendiri, Namun sekali lagi Anis berfikir, dua orang ibu, yang menggunakan cadar dan berpakaian muslimah, rata rata memiliki anak anak gadis yang sangat cantik dan elok rupawan, namun membiarkan anak gadisnya membuka dirinya, sedangkan sang ibu asyik beribadah dan berdakwah serta melaksanakan perintah agama, namun sangat lalai untuk ingatkan anaknya. Apakah ibu-ibu itu tidak ingin bersama anak gadisnya di surga?
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan.” (QS. At-Tahriim [66] : 6 )
Ayat ini mungkin bukan hanya untuk para ayah saja, namun juga bagi para ibu, ajaklah anak-anak gadis Anda menggunakan pakaian muslimah seperti anda, bila Anda gemar menutup aurat bahkan menggunakan cadar sekali, mengapa Anda biarkan anak gadis Anda terbuka pada siapa saja, sayangkah Anda padanya? Bila ya, selamatkanlah mereka dari api neraka, Anda ibunya, ditangan Andalah Surganya…
sumber : eramuslim.com 
penulis : Mam Fifi

Wanita adalah Ratu


Seorang pria Inggris datang ke Syeikh dan bertanya,
"Mengapa tidak diperbolehkan dalam Islam bagi perempuan untuk berjabat tangan dengan seorang pria?"
Syekh berkata, "Dapatkah Anda berjabat tangan dengan Ratu Elizabeth?"
Orang Inggris menjawab, "Tentu saja tidak, ada orang-orang tertentu saja yang bisa berjabat tangan dengan Ratu Elizabeth".
Syekh menjawab dengan senyum di wajahnya, "Wanita kami adalah Ratu dan Ratu tidak berjabat tangan dengan orang-orang asing .."
Jika wanita adalah ratu, layaknya untuk dihormati, bukan disakiti
Jika ia adalah ratu, layaknya untuk dimengerti, bukan dihakimi
Dan jika ia adalah ratu, seyogyanya untuk dimuliakan, bukan dipojokkan

Senin, 19 September 2011

Ibu Penjaga Moral Bangsa

"Bunda adalah yang terhebat di dunia
sebab ia melahirkan kehidupan
dan memberi nyawa pada kata cinta."
Abdurahman Faiz (Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil)

Ibu, dengan segala makna di dalamnya. Ia tidak sekadar menjadi istri dari seorang suami. Tetapi ibu merupakan cahaya bagi sebuah keluarga. Penerang jalan bagi anak-anaknya dan mitra kerja yang mendukung sang suami. Ibu, takkan pernah bisa diungkap dengan satu kata. Bahkan beribu kata juga tidak akan mampu mengungkap peran dan jasanya.

Penjaga Moral Anak

Lembaga sosial yang bernama keluarga, tentunya ditopang oleh unsur yang berperan sebagai seorang ayah dan seorang Ibu. Keluarga tidak akan menjadi kokoh dan kuat manakala salah satu unsurnya timpang. Tumbuh kembang sebuah keluarga yang sehat, baik secara jasmani dan rohani mestilah melibatkan semua unsur. Salah satu unsur yang sangat berperan adalah unsur yang bernama ibu.

Ibu, berkontribusi pada penciptaan atmosfer yang kondusif. Hilangnya peran seorang ibu tentunya berpengaruh pada atmosfer kedamaian sebuah keluarga. Sosok ibu mewarnai kebahagiaan. Atmosfer yang kondusif juga sangat menentukan optimalisasi perkembangan pribadi, moral, kemampuan bersosialisasi, penyesuaian diri, kecerdasan, kreativitas juga peningkatan kapasitas diri seorang anak. Tanpa ibu mustahil ada kesuksesan bagi seorang anak manusia.

Penat dan lelah hilang seketika manakala mendengar coletahan sang anak. Tak ada lagi letih ketika melihat senyum sang buah hati. Dengan ikatan emosional yang sangat erat, keberadaan seorang ibu tidak dapat dipisahkan dari seorang anak. Itulah mengapa juga, ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan fisik dan jiwa seorang anak.

Menurut sebuah studi mengenai cara pengasuhan orangtua terutama ibu ternyata berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Terbukti dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh Professor Ali Khomsan Guru Besar IPB menyimpulkan, semakin baik pola pengasuhan ibu, semakin baik pula kualitas tumbuh kembang si kecil.

Studi yang berlangsung selama 2009-2010 di sembilan provinsi dengan 2.334 responden. Dari sini diketahui, pengasuhan mayoritas anak di Indonesia dilakukan ibu. Hasilnya, dari 80 persen anak yang diasuh baik, 78 persen di antaranya berada dalam status gizi normal atau sehat (vivanews 15/12/10).

Lihatlah, kualitas tumbuh kembang seorang anak berada dalam genggaman seorang ibu. Di tengah gempuran teknologi dan informasi, ibu menjadi benteng yang bisa memfilter. Walau memang tidak sepenuhnya terbentengi, tetapi ibu (dan ayah)tentunya bisa melindungi anak dari hal-hal negatif. Membuat pagar tinggi dan mengurung sang anak tidak akan menyelamatkan anak dari hempasan gelombang teknologi. Tetapi dengan kenyamanan dari seorang ibu, arahan bijak, kepercayaan dan perlindungan akan membuat sang anak lepas dari badai negatif teknologi.

Tugas seorang ibu adalah menanamkan agama yang kuat bagi anaknya. Tanpa itu, akhlak dan moral seorang anak akan tercerai berai. Mengikat anak dengan keimanan kepada pencipta-Nya memberikan modal yang besar bagi anak menghadapi hidup. Perang pemikiran yang berkembang saat ini, sangat membuka peluang terjerembabnya akhlak dan moral seorang anak. Sang Ibu memastikan sang anak mampu mengarungi hidup dengan penuh kekuatan. Memastikan hak-hak anak tidak terabaikan, itulah fungsi ibu.

Pada usia emas, seorang anak sangat dekat dengan ibunya. Ibulah yang hampir 24 jam bersamanya. Tentunya keberadaan seorang ibu akan mewarnai sosok anak seperti apa. Jika ibunya baik dalam mendidik, membekali sang anak dengan berbagai 'senjata' akhlak dan moral tentunya anak dapat melangkah dengan penuh kepastian.

Peran Peningkatan Generasi

Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah Yang Maha Pencipta yang menjadi amanah bagi sebuah keluarga. Tidak hanya amanah yang dititipkan kepada keluarga an sich tetapi juga kepada bangsa ini. Titipan Tuhan ini tentunya harus dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, anak harus di didik, diperlakukan dengan baik, dihargai dan dicintai sepenuh jiwa.

Keberadaan seorang anak adalah sebagai penerus peradaban dan eksistensi kemanusiaan. Yang terbaik bagi anak (best interest of the child), dalam semua tindakan yang menyangkut anak. Kepentingan terbaik bagi anak menjadi pertimbangan bagi seorang ibu. Memberikan yang terbaik merupakan keberlanjutan bagi hidup sang anak.

Pada kenyataannya, ada banyak persoalan yang melingkari masa depan generasi penerus ini. Salah satunya mengenai pelanggaran hak anak. Persoalan pelanggaran hak anak di negara ini ibarat gunung es. Tampak di permukaan hanyalah sedikit dari fakta yang sebenarnya terjadi. Komnas perlindungan anak dalam catatan akhir tahun 2009 menyebutkan bahwa kasus pelanggaran hak anak yang dilaporkan tidak saja naik secara kuantitas melainkan semakin kompleks jenis dan modus pelanggarannya. Apalagi komitmen negara belum nyata, walau sudah ada UU No 23 tahun 2002 yang menegaskan bahwa hak anak adalah bagian dari asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Pada kenyataannya belum efektif.

Berbagai masalah penyelenggaraan perlindungan anak kita temui. Dari soal eksploitasi anak dibidang kerja, dimana hasil survey Pekerja Anak di Indonesia yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik) bekerjasama dengan ILO (International Labour Organization) menunjukan jumlah pekerja anak mencapai 1,7 juta anak. Anak mestinya bermain tetapi dipaksa bekerja layaknya orang dewasa. Belum lagi anak yang menjadi korban pornografi dan tayangan media yang tidak proanak, begitu banyak. Persoalan pemenuhan hak pendidikan, yang masih menyisakan pekerjaan rumah, masalah pemenuhan kesehatan yang terkait dengan gizi buruk dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, peran keluarga yang dikomandani oleh seorang ibu dan ayahlah salah satu solusi. Tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pemerintah. Perlu ada sinergisitas berbagai pihak. Entah itu pemerintah yang direpresentasikan oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lembaga Swadaya Masyarakat atau Komnas Perempuan.

Memang tidak mudah tapi pasti bisa. Mengingat persoalan ibu/ perempuan dan anak seperti benang kusut. Kesungguhan pemerintah dan masyarakat dari berbagai elemen menjadi ujung tombak keberhasilan program yang menyelesaikan masalah. Momen hari Ibu bisa menjadi refleksi sampai sejauhmana peran seorang ibu dalam memberikan 'nafas' bagi kehidupan sang anak. Nafas yang bisa memaknai hidup si anak lebih baik. Ibu sebagai 'madrasah' kehidupan. Selamanya.

*) Herlini Amran, MA adalah anggota Komisi VIII DPR RI dari FPKS Dapil Kepri.



Sumber :http://www.pk-sejahtera.org

Dibalik Perang Irak, Tentara-Tentara Korea Selatan Masuk Islam


Perang Irak memberi makna lain bagi "Unit Zaitun", nama pasukan Koera Selatan yang ikut dikirim ke Irak pada tahun 2006 sebagai bagian dari pasukan koalisi AS. Sebelum berangkat dan ditempatkan di kota Irbil, kota warga Kurdi di utara Irak, 37 anggota unit ini menyatakan diri masuk Islam dan bersyahadat di Masjid Hannam-dong, Seoul.
"Saya memutuskan menjadi seorang Muslim, karena saya merasa Islam sebagai agama yang lebih humanis dan damai dibandingkan agama-agama lainnya. Kalau kita bisa secara religius berinteraksi dengan warga lokal, saya pikir ini akan banyak membantu kami menjadi misi damai untuk melakukan rekonstruksi di Irak," kata Letnan Son Hyeon-ju dari pasukan khusus Brigade ke-11, salah satu tentara Korea Selatan yang masuk Islam.
Saat itu, pada hari Jumat di bulan Juli 2006, Hyeon-ju beserta 36 tentara Korea Selatan lainnya mengambil wudu, lalu duduk berjajar di dalam Masjid Hannam-dong. Dengan bimbingan imam masjid, mereka melafazkan dua kalimat syahadat dan mulai hari itu, para tentara yang akan diberangkatkan ke Irak itu resmi menjadi muslim.
Militer Korea mungkin tak pernah menyangka kesempatan untuk mempelajari Islam dan bahasa Arab bagi para tentara, terutama Unit Zaitun, yang akan dikirim ke Irak, akan membuat puluhan tentaranya masuk Islam. Pertimbangannya ketika itu, karena mayoritas penduduk kota Irbil adalah muslim, sedangkan tentara Korea yang akan dikirim adalah nonmuslim, maka para tentara itu dikirim ke Masjid Hannam-dong untuk belajar dan memahami tentang Islam dan komunitas Muslim. Ternyata, sebagian tentara itu malah benar-benar jatuh cinta pada Islam dan memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Salah seorang anggota pasukan Unit Zaitu dari Divisi ke-11 Angkatan Bersenjata Korea Selatan, Kopral Paek Seong-uk yang masih berusia 22 tahun mengatakan, "Di kampus, saya mengambil jurusan bahasa Arab dan setelah membaca isi Al-Quran, saya jadi sangat tertarik pada Islam. Saya pun memutuskan untuk menjadi seorang muslim selama mengikuti program yang diselenggarakan Unit Zaitun, sebuah pengalaman religius buat saya."
Kopral Paek Seong-uk dengan antusias mengungkapkan keinginannya jika sudah sampai di Irak. "Saya ingin ikut serta dalam acara-cara keagamaan dengan warga lokal, sehingga mereka bisa merasakan rasa persaudaraan. Saya juga juga ingin memastikan warga lokal bahwa pasukan Korea Selatan bukan pasukan penjajah, tapi pasukan yang dikerahkan untuk membantu misi kemanusiaan di Irak," ujar Paek Seong-uk.
Tentara-tentara Korea yang memilih menjadi muslim itu, paham betul pentingnya homogenitas agama di tengah komunitas Muslim. "Jika agama Anda sama, Anda tidak akan diperlakukan sebagai orang asing, tapi akan diperlakukan seperti layaknya warga lokal. Lebih dari itu, Islam mengajarkan tata cara perang yang beradab. Muslim tidak boleh menyerang kaum perempuan, bahkan dalam peperangan," kata seorang pejabat militer Korea Selatan, mengomentari puluhan tentaranya yang masuk Islam. (kw/chosun.com/TTI)
Sumber : Eramuslim.com
Senin 19-09-2011

Enam Pesan Ahli Syurga


Betapa indahnya ketika berbicara tentang surga. Dan tahukan engkau apa itu surga? Surga adalah rumah tinggal yang abadi yang menjadi tujuan setiap hamba Allah yang shalih. Surga adalah pusat aspirasi semua hamba Allah. Surga adalah di atas apa yang kita lihat, di atas apa yang kita dengar dan di atas apa yang muncul dalam pikiran manusia,
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 107-108:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, (*) Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (QS Al-Kahfi: 107-108).
Rasulallah SAW bersabda, sebagaimana disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Abu Hurairah, (Allah berfirman, Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih surga yang (kenikmatannya) belum pernah ada mata yang telah melihat, dan tidak pernah ada telinga yang telah mendengar maupun telah terdetik di hati manusia).
Dengan kasih Allah dan rahmat-Nya kepada kita,  Dia telah membentangkan gambaran surga yang nikmat itu, dengan menekankan keabadian dan kesempurnaan, tanpa kekurangan sedikitpun, tidak panas atau dingin, tidak lelah dan tidak sibuk dengan hiruk pikuk, tak ada kerugian, tidak ada yang dicurangi. Sekali teguk kenikmatan di surga melupakan semua penderitaan dalam hidup ini. Timbul pertanyaan, mengapa semua ini diceritakan wahai hamba-hamba Allah? Hal ini semata untuk mengajak orang-orang beriman ke surga dengan penuh semangat. Agar mereka bergegas menuju berbagai kebahagiaan, taman dan segala istananya.  Sebab surga adalah tempat tinggal yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dipersiapkan sebagai rumah untuk orang-orang yang dicintai-Nya agar mengisinya dengan rahmat, kemuliaan dan ridha-Nya. Dia menggambarkan kenikmatannya sebagai kemenangan besar, pemiliknya sebagai raja diraja, segala kebaikan dan kemurniannya dijaga dari setiap cacat dan kekurangan. Celakalah jiwa-jiwa yang tidak menginginkan hal itu, tidak ingin melihatnya, dan tidak berusaha untuk masuk ke dalamnya!
Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk merenungkan hadits-hadits Nabi SAW yang terkait langsung dengan mereka yang dijanjikan surga, seraya berdoa kepada Allah agar kita dimasukkan surga bersama keluarga dan kerabat kita semua. Tak ada surga kecuali dengan berusaha menggapainya.
Pesan Pertama: Kisah Abu Bakr dan amalan-amalan baiknya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW berkata, Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini? Abu Bakar menjawab: “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?” Abu Bakar berkata: “Aku”. Dia berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini? Abu Bakar berkata, “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Aku”. Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Jika terkumpul seluruh amalan seperti di pria ini, niscaya ia akan masuk surga”.
Diriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakr,  dia berkata, “Rasulullah SAW shalat subuh, kemudian bertemu dengan para sahabatnya”. Dia berkata: “Apakah ada di antara kalian yang hari ini berpuasa? Umar bin al-Khattab menjawab, “Ya Rasulallah, aku tidak berniat puasa, maka pagi ini aku berbuka (sarapan).” Abu Bakar berkata, “Kalau aku, sejak semalam sudah berkata pada diriku sendiri untuk puasa, maka aku puasa.” Rasulullah SAW kemudian bertanya lagi, “Apakah ada di antara kalian hari ini yang menjenguk orang sakit? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami shalat dan berdoa denganmu, bagaimana kami dapat menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar berkata: “Aku mendengar bahwa adikku, Abdul Rahman bin Auf, merintih maka aku mencari cara untuk bisa mengunjunginya ketika aku datang ke masjid, Rasulullah SAW bertanya lagi, “Sudahkan ada di antara kalian yang bersedekah hari ini? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami kan shalat dan  berdoa bersamamu dan tidak sempat istirahat.” Abu Bakar berkata: “Ketika aku masuk masjid di tengah jalan kujumpai pengemis, di tanganku ada segenggam roti yang kudapat dari Abdurrahman, aku berikan kepadanya”. Rasulallah SAW kemudian bersabda, “Aku beri kabar gembira untukmu (Abu Bakar, termasuk ahli) surga.” Umar menggumam, “oh…oh… oh… ahli surga.”
Pesan Kedua: Utsman radhiallahu anhu dan Infaq.
Diriwayatkan dari Tsamama bin Hazn al-Qusyairi, radhiallahu anhu, dia berkata: Aku menyaksikan Peristiwa Dar (yaum al-dar), ketika mereka, penduduk Madinah, memuliakan Ustman untuk bercerita amal-amal baiknya di hari itu. Ustman berkata: “Tahukah kalian bahwa ketika Rasulallah sampai ke kota Madinah, dan tak ada cadangan air (di kota itu) kecuali sumur milik Raumah. Rasulallah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membelinya dan menjadikan embernya dan ember kaum muslimin masuk ke sumur itu, niscaya baginya surga? Aku membelinya dari harta tabunganku. Hingga hari ini, aku larang diriku sendiri untuk meminum air dari sumur itu hingga aku harus minum air laut. Mereka menjawab, “Ya”. Utsman berkata lagi, “Dan dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, tahukah kalian bahwa (suatu hari) masjid itu sudah sempit dengan jamaah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mau membebaskan tanah si fulan, niscaya diberikan kebaikan baginya dari masjid itu hingga ke surga, aku membelinya dari hartaku. Hingga hari ini aku cegah diriku untuk shalat dua rakaat di masjid itu”. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, Tahukan kalian bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang membekali tentara, niscaya wajib baginya surga. Maka aku berikan perbekalan (pada tentara). Mereka berkata, “Ya Allah, ya benar”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah, Tahukah kalian aku  dulu berada di gunung Tsabir di pinggir kota Mekah bersama-sama dengan Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar, maka tiba-tiba gunung terguncang, sehingga batunya berjatuhan ke dasar, Rasulullah SAW menghindar dengan kakinya, dan berkata: “Tenanglah wahai (gunung) Tsabir. Sesungguhnya, di dekatmu ada seorang Nabi, seorang yang jujur dan dua orang yang menjadi syahid. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata, “Allah Akbar, saksikanlah aku agar kelak masuk surga, wahai tuhan pemilik Ka’bah. Ia berucap tiga kali.
Pesan Ketiga: Terjaga dengan ibadah di waktu malam:
Salah seorang tabiin (generasi setelah sahabat Nabi) berkata, saat itu mereka tengah merindukan surga dan para bidadarinya, “Aku akan membeli seorang bidadari dari sekian banyak bidadari surga dengan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam, aku tidak akan tidur sampai aku selesai khatam tersebut.” Dia sudah mengkhatamkan sebanyak dua puluh Sembilan juz, lalu rasa kantuk menyerang hingga ia tertidur. Dalam tidurnya ia mimpi bertemu bidadari, dan sang bidadari berkata berkata,
Apakah engkau akan meminang bidadari sepertiku, dan engkau tertidur. Sementara orang yang mencintaiku, aku haramkan tertidur. Karena aku dicipta untuk setiap orang yang banyak melakukan shalat dan rajin bangun malam. Mendengar itu, ia terbangun, dan langsung melanjutkan usahanya, dan ia kemudian berkata: Dengan izin dan rahmat Allah, aku akan berusaha untuk mendapatkan semua ini, untuk mendapatkan salah satu dari bidadari itu.
Abu Sulaiman Aldarini – belas kasihan Tuhan – suatu kali tertidur pada suatu malam malam, dia dikenal sebagai ahli ibadah, seorang yang zuhud, dan tulus kepada Allah, dan ketulusan dengan Tuhan, Yaman itu sendiri, termasuk surga yang penuh kenikmatan. Pada suatu malam dia berkata, tidur dan diri kadang-kadang berbicara tentang apa yang Anda inginkan dan apa yang ingin Anda dan termasuk cinta – berkata: Aku melihat – sebagaimana yang sering dilihat oleh orang tengah tidur, suatu kali bidadari datang kepadaku dan berkata: “Inikah perbuatan orang-orang shalih?” “Wahai Abu Sulaiman – Apakah engkau tertidur dan aku telah menunggumu sejak lima ratus tahun”. Tidak ada Tuhan selain Allah; Sejak itu, ia tak lagi tidur kecuali hanya sedikit saja, hal itu dimaksudkan agar ia sungguh-sungguh bertemu dengannya.
Pesan Keempat: Bilal bin Rabah, radhiallahu anhu dan wudhu:
Bilal adalah bujang yang bekerja pada Abu Bakar, semoga Allah senang dengan dia. Ia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, karena itu ia dihukum oleh kaumnya dan mereka memaksanya untuk bersaksi “Tuhanku Latta dan Uzza”. Namun, Bilal tetap teguh berkata, “Ahad… ahad…”  Datanglah Abu Bakar dan membebaskannya dari perbudakan dengan membelinya seharga tujuh (sebagian mengatakan lima) kantong emas. Rasullah SAW kemudian menyatakannya sebagai manusia merdeka. Maka, sejak itu Bilal menjadi muadzin Nabi, baik saat berdiam di Madinah atau saat berperjalanan.
Abu Hurairah RA berkata: Suatu hari Rasulullah SAW beserta Bilal: “ceritakanlah padaku satu pekerjaan yang dilakukan dalam Islam memberikan manfaat, aku mendengar Nabi SAW mengatakan ia sudah mendengar suara sandal Bila di surga. Bilal menjawab, aku tidak mengerjakan apa-apa, kecuali menjaga wudhuku hingga seringkali aku shalat maghrib dengan wudhu shalat dzuhur.”
Pesan Kelima:  Di mana tokoh seperti Abu Dahdah sekarang?
Abu Dahdah, nama lengkapnya adalah Tsabit bin Dahdah al-Anshari, salah satu pelaku sejarah perang Uhud dan menemui kematiannya pada perang tersebut. Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak decak kekaguman untuk Abu Dahdah di surga”. Dan diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani dalam kitab Al-Awsat  (2/517)  dari hadits Umar dengan lafadz, manakala ayat Allah SWT turun, “barangsiapa yang memberikan pinjaman kepada Allah sebaik-baik pinjaman” Abu Dahdah berkata, Ya Rasulallah, apakah kita harus meminjamkan Allah dengan harta kita?”. Rasulallah SAW menjawab, “Ya.” Dia berkata: Sesungguhnya aku punya dua dinding (lantai), satu di atas, satu lagi di bawah.. Aku telah meminjamkannya untuk Allah.
Pesan Keenam: Tidak Ghibah:
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “bahwasanya ada seseorang bertanya, Ya Rasulallah, si fulan dikenal banyak melakukan shalat dan puasa, hanya saja dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. Rasulallah bersabda, “Dia di neraka.” Orang tersebut bertanya lagi, “Sementara ada juga si fulanah dikenal sedikit saja shalat dan puasanya sebab dia sibuk memberi makan sapinya, dan dia tidak mengguncingkan tetangganya”. Rasulallah SAW bersabda, “dia di surga”
oleh : Inayattul Hisyam
Sumber : Dakwatuna.com

Ya Rabb, izinkan aku tetap di jalan kebaikan-Mu


Jalan ini, dulu aku menganggapnya sebagai suatu yang memalukan. Masih lekat dalam ingatanku, ketika aku bersama teman-temanku mengejek mereka. Bagiku mereka, terlalu kuno dan primitif. Aku merasa jauh lebih modern dan hebat dengan segala aktivitas yang kujalani. Namun entah mengapa, akhirnya aku menerima uluran tangan mereka. Aku lupa, apa alasan kuat yang mengubah jalan pikir dan cara pandangku.

Kebaikan, itulah alasannya. Dengan kerendahan hati, aku pun memilih bersama mereka. Alasannya sangat sederhana, aku merasa nyaman dan tentram bersama mereka. Sejak mengenal mereka dan mengikuti ragam aktivitas mereka, aku merasa bersemangat. Banyak hal yang berubah dalam hidupku. Mulai dari cara pandangku, sikapku, dan motivasi hidupku. Jalan itu telah membawaku menjadi manusia yang baru. Di sini, aku belajar menjadi seorang yang lebih baik. Di sini, aku menemukan orang-orang yang tidak hanya sebatas sahabat. Mereka adalah saudara-saudaraku.
Aku pun sadar, persaudaraan itu bukan hanya karena hubungan nasab atau hubungan darah. Lebih dari itu, saudara adalah orang yang memiliki keterikatan yang lebih besar dibandingkan hubungan darah. Adalah ikatan keimanan yang membuat kita saling menyayangi, mengasihi, dan mencintai. Ikatan keimanan karena Allah. Setiap hari, aku berusaha menjadi lebih baik. Menjadi muslim yang memahami Islam secara kaffah. Walaupun kuakui, itu tidak mudah. Jiwa pemberontakku masih sangat mendominasi. Kadang, aku ingin menjadi manusia bebas seutuhnya tanpa diikat oleh aturan mana pun.
Ah, dunia memang terlalu melenakan. Lintasanya pikiran yang ada di benakku hanya dunia, dunia, dan dunia. Aku terlalu berambisi untuk meraih segala prestasi keduniaan. Sementara, prestasi akhirat sama sekali tidak menjadi prioritasku. Ya Tuhan, maafkanlah hamba-Mu yang lemah ini.
Aku memang tidak berakselarasi seperti teman-temanku. Progresku memang lambat. Namun, aku selalu bersyukur. Aku merasa jauh lebih baik dibandingkan masa dulu. Masa yang membuatku malu pada semesta ini. Aku berjanji dan berkomitmen, suatu saat aku akan seperti mereka. Bahkan bisa jadi aku jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Rabbi, izinkanlah hamba untuk menjadi hamba yang special karena kebaikan cinta-Mu. Amin.
Tujuh tahun sudah aku di jalan ini. Hingga detik ini, aku hanya bisa melaporkan bahwa progressku memang tidak terlalu signifikan. Naudzubillah, semoga aku tidak termasuk menjadi orang-orang yang merugi.
Rentang waktu yang cukup lama, membuatku semakin dewasa dalam menapaki jalan ini. Banyak goncangan keimanan yang sempat membuatku bimbang. Tetap bertahan atau memilih menjadi pecundang? Berbagai alasan pun menguap menjadi tumpu proses kedewasaanku. Rabbi, sering kali hati ini sulit untuk dikondisikan. Rasa kecewa, kesal, marah, dan penyakit hati lainnya kerap kali menggoyahkan komitmenku di jalan ini. Sempat terlintas untuk balik kanan, memutuskan pergi bersama teman-teman yang sudah terlebih dahulu menghentikan langkahnya.
Jujur, bagiku jalan ini seperti tidak ada ujungnya. Sangat panjang dan tidak mudah untuk aku dan teman-temanku bertahan. Namun, ada hal yang membuatku yakin untuk tetap memilih di jalan ini. Suatu saat, aku yakin akan menemukan seberkas cahaya. Maaf, kurasa bukan hanya seberkas, melainkan cahaya yang mengalahkan semua kegelapan yang selama ini membayang-bayangiku dari belakang. Aku yakin dengan jalan ini.
Jalan ini semakin menyesakkan dada, menguras keringat, dan mempertaruhkan banyak sekali pengorbanan. Termasuk mereka—orang-orang yang dulu sempat beriringan denganku. Mereka mungkin terlalu lelah, penat, dan bosan di jalan ini. Wallahu’alam. Itu hanya dugaanku saja. Rabbi, aku ingin katakan, aku ingin mereka masih bersama kami. Melewati masa-masa sulit hingga janji-Mu benar-benar sudah tampak. Tapi aku takkuasa. Karena Engkaulah yang membolak-balikkan hati hamba manusia. Aku hanya bisa berdoa suatu saat mereka akan kembali lagi bersama kami. Aku ingin meyakini mereka bahwa jalan ini, insyaAllah jalan kebaikan. Aku ingin mereka mendengar penjelasanku. Aku ingin mereka tetap bertahan. Aku ingin menyudahi jalan ini bersama mereka di titik finish. Oleh sebab itu ya Rabb, genggamlah hati mereka, izinkanlah mereka kembali bersama kami di jalan ini. Aku mohon pada-Mu.
Aku juga khawatir pada diriku sendiri. Apakah aku masih bisa bertahan di jalan ini. Aku memohon dengan sangat pada-Mu, izinkan aku tetap menapaki jalan yang Engkau ridhoi ini. Aku mohon pada-Mu. Aku ingin terus di sini sembari memperbaiki apa yang harus kuperbaiki. Menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di sana. Aku rindu bertemu dengan Rasul-Mu, para sahabat, tabi’in, orang-orang sholeh, dan mereka yang kucintai karena Allah. Aku tahu, engkau telah menyiapkan hadiah terbaik di syurga sana. Bidadari-bidadari nan cantik jelita, kesejahteraan tiada tara, dan kenikmatan bisa bertemu dengan-Mu. Namun aku harus akui Rabb, kadang janji-Mu yang sungguh nyata itu tidak kurespon dengan baik. Maafkan aku ya Rabb.
Di bulan syawal yang penuh kebaikan ini, aku memohon pada-Mu, izinkanlah aku tetap istiqomah di jalan ini. Hingga aku benar-benar tahu bahwa aku termasuk orang-orang yang beruntung. Amin.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amin. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan kepada semua sahabatnya.”
Mahfud Achyar
Universitas Padjadjaran




Minggu, 18/09/2011 05:26 WIB
Sumber -> eramuslim.com 

Senin, 05 September 2011

Tentang Rasa


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu cintai sesuatu, padahal jahat akibatnya.”
Sesisir kata itu telah begitu lama membayangi netra, tapi dalam juga kah getar pemahaman yang dibawanya.. Ada kalanya hati mampu kuat menghadapi, dan ada kalanya pula terasa sungguh berat untuk dijalani,
Sekali lagi tentang rasa,
Tentang hati,
Yang senantiasa terbolak-balikkan oleh kehendak Illahi Rabbi…
Ya akhi,
Terpahami sungguh bahwa di sangkamu ia lah sang bidadari, tapi ada kalanya pandang kita tersamar ilusi. Penilaian kita sedikit banyak terwarnai semata oleh kecondongan hati, padahal kita diberinya akal untuk lebih menimbangkan segala hal;
Bukankah, kema’rufan sejati lah yang kita cari…
Segala usaha dalam kebenaran telah kau tempuhi, dan ketika sampai pada titik kesadaran akan kuasa Illahi, adakah engkau tetap akan berkeras menghindari?!
Ada takdir-Nya yang telah tertulis rapi, dan hanya selaksa keikhlasan hati yang akan menuntunmu menjalani…
Ya ukhti,
Termengerti penuh bahwa dalam timbangmu adalah dia yang terbaik. Dalam ranah akhlak, bahkan segala kecukupan raga. Hanya saja kadang sisi kebaikan yang lebih utama jadi terlupa. Akan tetap mampukah berbahagia di atas pemaksaan rasa?!
Bukankah, kedamaian hakiki yang kita damba…
Beragam daya kebaikan engkau gelarkan dalam membuka jalan, dan jika tetap sampai pada titik yang nadir untuk dipungkiri, masihkah engkau hendak mengeraskan hati?
Ada jalan rencana-Nya yang terkadang di luar batas logika, dan yang kita lakukan cukup sekedar menjaga ihsannya prasangka…
Tak ada daun jatuh pun yang tak tercatatkan dalam Lauh Mahfudz-Nya,
Tak ada sedepa langkah pun yang luput dari amatannya-Nya,
Dan tak ada setetes pun air mata yang luput dari hitungan balasan-Nya,
Jika memang ditakdirkan bersama… akan amat mudah bagi-Nya nanti berikan cara,
Hanya saja setiap insan harus memahami batasan usaha…dan lebih utamakan jalan keridhaan-Nya meski berat terasa,
Sungguh, dalam percaya pada-Nya, tak akan pernah ada yang tersia-sia…
Seiring kesadaran yang merambat perlahan, teringat sendu taubat Nabi Adam, dan mengiringi ucap doa seiring lantunan:
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi… (QS Al-A’raf: 23)

Sumber : dakwatuna.com
24/8/2011 | 25 Ramadhan 1432 H | Hits: 2.169
Oleh: Siti Zuhrotun Nisa'

ingat waktu ya ^_^

Hamster ku