Senin, 15 Agustus 2011

Gara Gara Dia (part 2)

Bayangan Dhea perlahan menghilang dari tatapanku. Dhea mengapa kau harus datang ? Membuatku semakin terbang melayang bersama harapanku. Aku tahu, aku tidak boleh berharap terlalu tinggi, tetapi hatikutak bisa. Aku memutuskan untuk membaca lagi.
“Heh,baca mulu ! Istirahat sana !” Tiba-tiba Dhea muncul didepanku dan mengambil buku
Biologi ku.
         “Udah makan ?”
“Khawatir banget sih,lagian kalo aku sakit juga bukan kamu yang disalahin kok,”
“Yaudah siniin bukunya” Pintaku
“Nggak ! Cepetan Istirahat dulu bacanya nanti lagi” Terpaksa aku menurutinya
“Pulang sana,nanti dicariin.”
“Oke deh Bos !” Dhea pergi,membuatku menyesal telah menyuruhnya pergi, Mengapa rasa ini harus hadir di tengah persahabatan kita,
è Esoknya.
“Udah sembuh Neng ?” Tanya Dhea mengagetkanku yang ada di kebun belakang sekolah.
“Sebentar lagi tuh mau Ujian, masa nggak masuk sekolah lagi sih. ”
“Masih lama juga,lagian kalo sakit juga nggak bisa ikut ujian,nggak konsentrasi mikir jawabannya,”
“Nggak kok aku udah sembuh”
Tililit....tililit...tililit..., Hpku berbunyi
“Assalmu’alaikum,”
“Wa’alaikumsalam, Mi ini Mama, Mama ingin kamu tes DNA. Itu persyaratan masuk kuliah yang canggih, harus disiapin jauh-jauh hari sebelum kamu tes masuk kuliah itu,” Tutur Mama panjang lebar,
“Memangnya untuk apa sih,Ma ? Repot-repot tes DNA segala ? ”
“Katanya untuk anak Mama akan mendapat yang paling istimewa.”
“Oh,yasudah.”
“Sudah dulu ya sayang, Mama mau rapat dulu.” Klik.telepon ditutup.
“Tante Mi ?” Tanya Dhea. Aku hanya mengangguk.
“Kamu disuruh tes DNA ?” tanyanya lagi.
“Heh,belum diizinin, nguping duluan. ”
“Yee,salah sendiri terima teleponnya disini,”
“Udah ah,capek debat sama kamu.”
“Makanya,nggak usah debat sama aku !”
“Iya..iya. Kantin yuk Dhe !” Ajakku, dia menurut.
è Beberapa bulan kemudian.
Aku diantar Pak Dirman ke rumah sakit...tes DNA...dan hasilnya akan diberikan nanti, hari terakhir aku ujian.
è Hari terakhir ujian ...
“Hufft, akhirnya selesai juga” Dhea berkata.
“Yee sebentar lagi kita kelas 12” Sorakku riang.
“Eh, tapi baru ujian semester aja pusingnya udah kayak gini, apalagi nanti ?” kata temanku Via.
“Udah,itu nanti aja mikirnya !” Aku menimpali.
**
 “Iya kan, ngapain ribet-ribet,” Aku ikut menmpali Via.
“Eh, berarti besok perpisahan dong ya ?” tanya Via.
“Yaiyalaaah,” Lama-lama aku jengkel juga.
“Woi... katanya hari ini kita pulang cepet,” Teriak Agung, ketua kelas.
“Yee...” Sorak anak XI-Ipa 3. Kita semua berhamburan keluar kelas.
“Dhe,anter aku yuk !” Pinta Mia
“Kemana ?”
“Ke rumah sakit ngambil tes DNA,”
“Nggak ah, males.”
“Oh... yaudah, thanks ya.” Ucapnya sambil pergi terburu-buru.
“Eh, Mi... Mia.. tunggu !” Teriakku, Mia menoleh.
“Kenapa Dhe ?”
“Ih, aku belum selesai ngomong.”
“Maksudnya ?”
“Aku males nggak ikut kamu,”
“Oh, jadi mau nganter nih ?”
“Ya, iyalah,”
“Yaudah aku bilang Pak Dirman dulu ya,” Ia berlari kecil menghampiri sopir pribadinya itu. Akhirnya “Yuk !” ajaknya.
è Rumah Sakit.
“Aduh, maaf ya ! kami sedikit teledor, ruang penelitiannya dimasuki kucing dan tikus yang sedang kejar-kejaran, jadi bahan-bahan tes nya tercampur dengan bulu kucing,”  Jelas suster.
“Jadi ?” Tanya Mia.
“Tes lagi, maaf ya dik” Dokter itu terlihat menyesal, terlihat dari wajahnya yang dihiasi oleh kerudung. Akhirnya aku mengantar Mia pulang dan setelah itu aku pulang. Tidur.
è Beberapa jam kemudian.
“Dhe,bangun Dhe udah sore.”
“Eh,masih capek Ka. ”
“Cepetan ditunggu Mama, Papa.”
“Iya iya.” Aku menurutinya. Setelah aku sampai.
“Dhe, Papa sama Mama ingin nanti kamu kuliah di Prancis,” Mulai Papa.
“Pa, Ma, Dhea masih SMA, kelas 12 aja belum, ”
“nggak apa-apa Dhea,itung-itung persiapan.” Tutur Mama
“Tapi kan Dhea baru selesai ujian, ngambil rapor aja belum”
“Iya Mama,Papa ngerti. Tapi udah pasti naik kelas kan ?”
“Nggak tau deh Mah, bisa aja nggak naik.”
“Aduh, Dhea ngomongnya jangan gitu dong. Emang kamu yakinnya nggak naik ?” Kak Risan menimpali.
“Iya deh iya, terus kapan surveynya ?”
“Liburan ini.”
“What ?” Aku tak mempercayainya.
“Emang kenapa Dhe ?”
“Cepet banget si , Kak Risan ikut kan ?”
“Nggak, Kak Risan nggak bisa ikut.”
“Tuh kan Ma, Pa nanti Dhea sendirian.”
“Ajak aja Mia,”
“Dia juga ada acara.”
“Yasudah, kan masih ada Mama sama Papa.”
“Terserah deh,” Dalam hati aku kesal, nanti aku disana ngapain ? Cuma survey doang kan ? hufft, cape deh. Oh iya, kan ada Om dan Tante main kesana aja ya.
è Hari keberangkatan.
Aku duduk dikursi 10A. Bersama Mama dan Papa menuju Paris,Prancis. Aku tidak mau memikirkan apa-apa lagi. Mataku sudah lelah dan aku pun terlelap.
***
Hufft... Mama...mama. Kenapa aku harus ikut segala sih ? Nggak cukup hasilnya aja ? Hasil ? Mengingat itu aku ingin menangis bersamaan dengan burung besi raksasa itu terbang. Aku ingat kembali saat pengambilan hasil tes DNA.
“Dik, ini hasilnya,”
“Terimakasih ya,Dok ”
“Tunggu dulu dik,”
“Ada apa dokter ?”
“Sebenarnya dari tes DNA adik,diketahui bahwa adik mengidap penyakit leukimia. Apakah gejala-gejala yang adik alami ?”
“Kedinginan, demam, sakit kepala, berkeringan dan terkadang tulang-tulangku nyeri.”
 “Dari gejala-gejala tersebut, memang benar dik. Sabar ya !” Aku mencoba menahan air mataku tapi tidak bisa. Dokter Lia merangkulku dan berkata,
“Dik insya Allah saya yang akan menangani adik.”
“Te...terima..kasih dok. Tapi tolong jangan beritahu siapapun !”
“Tapi....”
“Tolong dok,” Pintaku memelas.
“Insya Allah Dik.”
“Terima kasih,dok.”
Hufft bagaimana ini ? apa aku akan terus bertahan ?
“halo ?” Sapa pramugari membuyarkan lamunanku.
Bonjour,(halo)” Balasku dalam bahasa Prancis.
Comment allez veuz ? (apa kabar ?)”tanya nya
Je vas bien,(saya baik-baik saja) merci (terima kasih) ”
Aku tak yakin aku baik-baik saja, Aku akan dijemput oleh Nia, tetanggaku sewaktu aku kecil, dia pindah ke Prancis saat kita kelas 3 SD.


                                                                -bersambung -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ingat waktu ya ^_^

Hamster ku